Jumat, 02 Maret 2012

Kehilangan

Suatu siang seorang Ibu bahagia sekali menerima telegram dari anak satu-satunya, yang telah bertahun-tahun di tugaskan ke vietnam pada empat tahun yang lalu dan sejak tiga tahun yang terakhir, orang tuanya tidak lagi pernah menerima kabar dari putra tunggalnya itu, sehinngga di duga bahwa anaknya gugur di medan perang.


Anda tentu bisa membayangkan, betapa bahagianya perasaan ibu itu dan dalam telegram tersebut, tercantum bahwa anaknya akan pulang besok, keesokan harinya sang ibu telah menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan putra tunggal kesayangnya itu, bahkan pada malam harinya, akan di adakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga, maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya, di undang semuanya, maklumlah suaminya adalah direktur Bank besar yang terkenal di seluruh ibu kota, tapi pada siang harinya, si ibu menerima telfon dari anaknya yang sudah berada di airport ” Ibu..ini aku, aku hanya ingin bertanya bu, bolehkah aku membawa kawan baik aku kerumah ? tanya anaknya dari seberang telfon, “oh sudah tentu sayang, rumah kita cukup besar dan kamarmu pun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan untuk membawa temanmu” jawab ibunya dengan antusias “tetapi bu..kawanku adalah seorang yang cacat karna korban perang vietnam” sang anak kembali bertanya. ” Oh itu tidah jadi masalah anakku, bolehkah ibu tahu bagaimana yang cacat?” kini giliran ibunya yang bertanya dengan nada suara yang sudah agak menurun. ” ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya” jawab si anak pelan, mendengar hal itu, si ibu dengan nada agak terpaksa, karna ia tidak mau mengecewakan anaknya, menjawab ” ya sudah tidak masalah lah, asal hanya untuk beberapa hari saja ya ? “.”Tetapi ibu..masih ada satu hal lagi yang harus yang ceritakan sama ibu, kawan saya itu wajahnya jg turut rusak dan juga kulitnya, karna sebahagian besar hangus terbakar, maklumlah bu pada saat dia mau menolong kawannya, ia akhirnya menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur, melainkan seluruh wajahnya dan tubuhnyapun turut terbakar”, mendengar pertanyaan terakhir ini, si ibu dengan nada kecewa dan kesal, langsung berkata ” nak.., lain kali saja kawanmu itu di undang kerumah kita, untuk sementara, suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar ibu yang bayar, masalah penginpan dan masalah kehidupannya di sini”.”tapi bu..ia kan tetap kawan baik saya, saya tidak ingin pisah dari dia bu”,”aduh..aduh..coba deh kamu renungkan, ayah kamu adalah seorang konglomerat yg ternama dan kita sering kedatangan tamu penjabat tinggi dan orang penting yang berkunjung ke rumah, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam , bahkan akan dihadiri oleh seorang mentri, apa kata mereka, apabila mereka nanti melihat tubuh cacat dan wajah yang rusak, bagaiman pandangan umum dan bagaiman pula lingkungan bisa menerima kita nanti, apakah tidak akan menurunkan martabat kita, bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra bisnis usaha Ayah mu”.Penjelasan yang cukup panjang itu, ternyata tidak menimbulkan jawaban lebih lanjut dari anaknya, hanya saja telfon di putuskan dan di tutup.


Tanpa rasa bersalah, orang tua dari anak itu pun beserta para tamu, menunggu hingga jauh malam dan ternyata anak itu tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah karna tersinggung di sebabkan temannya tak boleh datang berkunjung kerumahnya, hingga jam 3 subuh pagi, mereka mendapat telfon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karna harus mengindentifikasi mayat dari orang yang bunuh diri, mayat dari seorang pemuda bekas tentara vietnam, yg telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karna terbakar, tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi alangkah terkejutnya mereka, bahwa pada kenyataanya, pemuda itu adalah anaknya sendiri.Kesimpulan : Untuk membela nama baik dan status akhirnya mereka kehilangan putra tunggalnya, mungkin anda akan menilai, bahwa orang tua dari anak itu sangat kejam, dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja, tetapi pertanyaanya sekarang adalah bagaimana dengan diri anda sendiri, apakah anda lain dari mereka ?-Gede Prama-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar